Isnin, 9 Julai 2012

Mengkritik Dengan Gambar


DALAM kata pengantarnya, yang ditulis sendiri oleh Eko S Bimantara, komik ini berawal dari buku komik kecil yang judulnya “Di Atas Lega Bertaruh Nyawa” yang memotret dan mengkritisi permasalahan kereta api di Jakarta. Dari sini muncul nama KRL (Komik Rada Lucu) yang diambil dari homofon KRL (Kereta Api Listrik).

Sesuai dengan judulnya, buku ini adalah sekumpulan komik strip empat panel. Eko S Bimantara, anggota komunitas SERRUM (share room), menciptakan sendiri ide, ilustrasi, bahkan desain sampul komik tersebut.

Pada komik ini tersaji beberapa komik strip yang tersusun rapi dalam beberapa bab, diantaranya: Di Atas Lega Bertaruh Nyawa, Kutonton Kau Tonton, dan Keluarga Hingga Akhir Masa. Selain itu ada juag edisi spesial Kartini dan edisi sepesial yang menceritakan
Komik.

Dengan visualisasi yang khas dan komunikatif,  komik Kompilasi (KRL) Komik Rada Lucu ini berisi teguran, nasihat, ktitikan, dan sindiran tentang realita yang terjadi di Indonesia umumnya dan kota-kota besar khususnya.

Pada bab “Di atas Lega Bertaruh Nyawa”, sangat jelas mengkritisi semua permasalahan yang berhubungan dengan kereta api tapi konsep yang dihadirkan sangat kocak. Dalam bab ini divisualisasikan semua hal-hal negatif yang dialami oleh para penumpang yang nekat menumpang diatas gerbong kereta api, seperti seorang penumpang yang terbelah kepalanya karena tergores kabel listrik, menabrak plang kereta, kesetrum, menabrak batas peron dan hal-hal berbahaya lainnya yang dikemas secara apik namun menggelitik.

Selain itu terdapat beberapa bab lain yang tak kalah kocaknya seperti pada “Kutonton Kau Tonton” yang mengilusrtasikan tentang kebiasaan dan efek negatif yang terbentuk oleh pengaruh televisi. Seperti keranjingan nonton sinetron, pengaruh buruk terhadap anak-anak yang mengkibatkan terjadinya kekerasan pada dunia nyata, dan rasa giris (takut) yang mendalam setelah nonton film horror.

Masalah KDRT yang divisualisasikan pada bab “Keluarga Hingga Akhir Masa” benar-benar menunjukkan pengaruh yang sangat riskan terhadap keluarga, khususnya pada anak. Sementara itu, bab edisi Kartini juga menunjukkan realita miris yang dialami perempuan Indonesia seperti penderitaan yang dialami TKW. Misal, seorang gadis desa yang menjadi WTS (wanita tuna susila) di kota demi kebutuhan hidupnya. Penderitaan mental (psikologis) yang dirasakan oleh gadis yang menjadi korban pelecehan seksual (diperkosa) dan hamil di luar nikah akibat pergaulan bebas serta peristiwa nyata lainnya itu  mudah dipahami dalam bentuk gambar tentunya.

Dari segi gambar, layaknya komik pada umumnya, peran gradasi (arsiran) dapat memberikan daya tarik, sehingga pembaca atau penikmat komik bisa lebih dimanjakan saat membaca.
Namun pada kompilasi KRL (Komik Rada Lucu) ini, gradasi yang dimunculkan hanya pada beberapa panel dan itupun sangat minim. Ada beberapa panel yang tampak kaku dan sukar untuk ditebak gambarnya apabila tanpa menggunakan gradasi sehingga dapat merubah persepsi atau pesan yang ingin disampaikan oleh kartunis. Di samping itu, pembaca komik ini dianjurkan bagi yang berusia di atas 15 tahun, karena banyak  menyajikan adegan kekerasan.

Secara umum komik ini benar-benar segar dengan gambaran dan peristiwa sehari-hari yang mungkin menjadi kebiasaan buruk dan seolah-olah sengaja diabaikan. Selain itu komik ini menjadi sebuah potret sosial yang pantas untuk dibaca dan disimak sebagai pelajaran yang nyata dan tentu menambah khasanah perkomikan di Indonesia. Dikemas dalam ukuran saku, buku ini mudah dibawa ke mana-mana dan dibaca di mana saja.[]


Judul buku : Kompilasi KRL (Komik Rada Lucu)
Kartunis : Eko S Bimantara
Penerbit : Gradien Mediatama
Tahun terbit : 2010
Tebal : 112 halaman
Harga : Rp 16.000

Oleh Rasnadi Nasry

Tiada ulasan:

Catat Ulasan

Beri jejakmu di sini. Terimakasih. ^_^